Minggu, 09 September 2012

PROSES DI ATAS SEGALANYA


Oleh: Musrida Arneili Lc.

Kejayaan Islam yang sedang kita nikmati sekarang bukanlah sebuah hadiah cuma-cuma dari Allah subhanahu wa ta’ala kepada kekasih-Nya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sejarah menyatakan bahwa sang kekasih yang memiliki kedudukan mulia disisi-Nya baru Ia angkat menjadi seorang nabi ketika berumur 40 tahun, setelah terlebih dahulu melalui cobaan yang datang silih berganti demi untuk memantapkan keteguhan iman nabi-Nya. Mulai dari ujian ditinggal mati ayahandanya sejak masih dalam kandungan, kematian ibu ketika kecil dan hingga remaja pun masih sering berpindah tangan dalam pengasuhan, dihina, dicaci dan disakiti. Semua itu proses…

Al-Qur’an diturunkan sedikit demi sedikit, ditalqinkan, dibacakan kepada nabi-Nya selama lebih kurang 23 tahun. Andai Allah mau, pasti Dia bisa saja menjadikan kekasih-Nya itu bisa langsung hapal Al-Qur’an dan menjelaskannya kepada umatnya. Namun kenyataannya tidak! Beliau menerimanya selama bertahun-tahun dan penuh perjuangan. Lagi-lagi itu adalah proses…



Bumi dan langit serta isinya mengalami proses penciptaan dan penyempurnaan dalam kurun waktu 6 masa, sebagaimana dijelaskan dalam surat Fusshilat ayat 9-12 dan dalam surat Qaf ayat 38. Tak diragukan lagi bahwa sang Pemiliknya mampu menciptakannya -dari tiada menjadi ada- hanya dalam waktu sekejap saja,”kun fa yakun”. Namun Dia tak menginginkan hal itu, karena Dia yang Maha bijaksana lewat ayat ini ingin mengajarkan pada hamba-Nya tentang pentingnya arti sebuah proses.

Kesuksesan adalah hasil dari sebuah proses. Mau tak mau seseorang harus berteman dengan proses, sadar atau tidak mengabaikan sebuah proses adalah pintu menuju kekecewaan. Tak ada seorangpun mampu menunjukkan keberhasilannya tanpa melalui sebuah proses. Dan tentunya orang yang melalui proses yang berat dan panjang tentunya akan mendapatkan hasil yang jauh berbeda dibanding orang yang melakukan segala sesuatunya dengan serba instant.

Belakangan kita lihat banyak yang mengabaikan proses, mereka lebih berorientasi pada hasil. Inginnya instant, proses pendek tapi mengharap hasil maksimal. Jika setiap orang lebih mementingkan hasil daripada proses yang ada hanyalah kecendrungan untuk mencari jalan pintas, apalagi di zaman yang serba canggih seperti sekarang. Kriminalitas adalah salah satu akibat dari diabaikannya proses. Mereka ingin punya banyak harta tanpa mau menjalani proses usaha.

Sesuatu yang dihasilkan melalui proses tentu lebih bermutu dibandingkan hasil tanpa proses. Contohnya saja pisang. Pisang yang baru dipetik dan langsung dijual tentu harganya berbeda dengan yang telah diolah dengan tepung dan melalui beberapa proses hingga menjadi lemper. Dan tentunya lagi, pisang yang cuma diolesi tepung dan menjadi goreng pisang tak semahal pisang bakar coklat atau keju yang proses pembuatannya lebih rumit dengan tambahan bahan yang lebih mahal. Proses menentukan kualitas dari sebuah hasil. Semakin sulit, rumit, bahkan berat prosesnya tentu akan menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai.

Dalam keseharian sering kita dengar “Enaknya,,, yang dah wisuda..nilai mumtaz lagi, aku bisa gak ya” demikian komentar sang junior melihat keberhasilan seniornya. Dan ketika melihat teman yang sudah banyak hapalannya selalu ada yang bilang “asyik ya, bentar lagi khatam tuh, aku kapan ya”. Begitulah yang sering kita hadapi dan lalui, cuma melihat hasil tanpa merenungi kilas balik perjuangannya. Terkadang banyak yang cuma sekedar berkomentar tanpa mau tahu proses panjang yang mereka lalui untuk menggapai kesuksesan itu. Jika kita hanya melihat hasil dari kesuksesan seseorang, berarti kita tidak sedang mulai mencontoh jejak langkah orang tersebut, melainkan sekedar memuji tanpa aksi nyata untuk ikut sukses di kemudian hari.
Proses panjang akan terasa sangat berat jika kita hanya berorientasi pada hasil akhir. Coba kita perhatikan ibu hamil 9 bulan yang kemana-mana harus bawa “genderang besar”, tentunya berbeda dengan kita yang tiba-tiba mau merasakan keadaan mereka dengan langsung mengikatkan sekantung beras dipinggang, karena mereka telah melewati proses panjang hingga menjadi sebuah kebiasaan yang dijalani dengan ikhlas. Satu poin penting lagi, proses apapun itu harus dijalani dengan sabar, ikhlas dan istimrar.

Nah di awal smester mulai digelarnya perkuliahan ini, kita kembali memasuki sebuah rangkaian proses. Proses untuk menjadi seorang muslimah da’iyah yang dinanti kiprahnya di tengah-tengah keluarga dan ummat pada umumnya Tak ada kata terlambat untuk mampu menjadi yang terbaik demi menjadi seorang yang mampu bermanfaat bagi sesama.

So, hendaknya kita semua selalu tajdid niat untuk menikmati sebuah proses dan bukan sekedar hasil. Kembali hadirkan di depan kita target-target yang telah kita rancang kemaren dan berikan haknya berupa pelaksanaan. Kalo yang mau instant, bersiap-siaplah untuk kecewa suatu saat nanti. Dan bagi yang iltizam, tetaplah istiqamah dan penuh semangat! Wallahu musta’an…

2 komentar:

  1. syukran uatadzah mus!!!!!! artikelnya sangat memotivasi bagi anaa laggiiiii! menmbah cemngat bru lagiii

    BalasHapus
  2. syukran uatadzah mus!!!!!! artikelnya sangat memotivasi bagi anaa laggiiiii! menmbah cemngat bru lagiii

    BalasHapus