Oleh: Musrida
Arneili Lc.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh-7x34FvAaMrwD6Fc2Uu-dzQAuzKgBnm-nLwux5jnQYGtFf92n-Z7PVZlIKZvF41TJix4QuH-DxLKv7FlrPKGUdzeCfCpUfK91ZzYmAtGzozcJmMw45NlxyeIkAx4Lt1AwIV643NKO6_E/s320/3dubai01.jpg)
Al-Qur’an
diturunkan sedikit demi sedikit, ditalqinkan, dibacakan kepada nabi-Nya selama
lebih kurang 23 tahun. Andai Allah mau, pasti Dia bisa saja menjadikan
kekasih-Nya itu bisa langsung hapal Al-Qur’an dan menjelaskannya kepada
umatnya. Namun kenyataannya tidak! Beliau menerimanya selama bertahun-tahun dan
penuh perjuangan. Lagi-lagi itu adalah proses…
Bumi dan langit
serta isinya mengalami proses penciptaan dan penyempurnaan dalam kurun waktu 6
masa, sebagaimana dijelaskan dalam surat Fusshilat ayat 9-12 dan dalam surat
Qaf ayat 38. Tak diragukan lagi bahwa sang Pemiliknya mampu menciptakannya
-dari tiada menjadi ada- hanya dalam waktu sekejap saja,”kun fa yakun”. Namun
Dia tak menginginkan hal itu, karena Dia yang Maha bijaksana lewat ayat ini
ingin mengajarkan pada hamba-Nya tentang pentingnya arti sebuah proses.
Kesuksesan
adalah hasil dari sebuah proses. Mau tak mau seseorang harus berteman dengan
proses, sadar atau tidak mengabaikan sebuah proses adalah pintu menuju
kekecewaan. Tak ada seorangpun mampu menunjukkan keberhasilannya tanpa melalui
sebuah proses. Dan tentunya orang yang melalui proses yang berat dan panjang
tentunya akan mendapatkan hasil yang jauh berbeda dibanding orang yang melakukan
segala sesuatunya dengan serba instant.
Belakangan kita
lihat banyak yang mengabaikan proses, mereka lebih berorientasi pada hasil.
Inginnya instant, proses pendek tapi mengharap hasil maksimal. Jika setiap
orang lebih mementingkan hasil daripada proses yang ada hanyalah kecendrungan
untuk mencari jalan pintas, apalagi di zaman yang serba canggih seperti
sekarang. Kriminalitas adalah salah satu akibat dari diabaikannya proses.
Mereka ingin punya banyak harta tanpa mau menjalani proses usaha.
Sesuatu yang
dihasilkan melalui proses tentu lebih bermutu dibandingkan hasil tanpa proses.
Contohnya saja pisang. Pisang yang baru dipetik dan langsung dijual tentu
harganya berbeda dengan yang telah diolah dengan tepung dan melalui beberapa
proses hingga menjadi lemper. Dan tentunya lagi, pisang yang cuma diolesi
tepung dan menjadi goreng pisang tak semahal pisang bakar coklat atau keju yang
proses pembuatannya lebih rumit dengan tambahan bahan yang lebih mahal. Proses
menentukan kualitas dari sebuah hasil. Semakin sulit, rumit, bahkan berat
prosesnya tentu akan menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai.
Dalam
keseharian sering kita dengar “Enaknya,,, yang dah wisuda..nilai mumtaz lagi, aku bisa gak ya” demikian komentar sang junior melihat keberhasilan seniornya. Dan ketika
melihat teman yang sudah banyak hapalannya selalu ada yang bilang “asyik ya,
bentar lagi khatam tuh, aku kapan
ya”. Begitulah yang sering kita hadapi dan lalui, cuma melihat hasil tanpa
merenungi kilas balik perjuangannya. Terkadang banyak yang cuma sekedar
berkomentar tanpa mau tahu proses panjang yang mereka lalui untuk menggapai
kesuksesan itu. Jika kita hanya melihat hasil dari kesuksesan seseorang,
berarti kita tidak sedang mulai mencontoh jejak langkah orang tersebut,
melainkan sekedar memuji tanpa aksi nyata untuk ikut sukses di kemudian hari.
Proses panjang
akan terasa sangat berat jika kita hanya berorientasi pada hasil akhir. Coba
kita perhatikan ibu hamil 9 bulan yang kemana-mana harus bawa “genderang
besar”, tentunya berbeda dengan kita yang tiba-tiba mau merasakan keadaan
mereka dengan langsung mengikatkan sekantung beras dipinggang, karena mereka
telah melewati proses panjang hingga menjadi sebuah kebiasaan yang dijalani dengan
ikhlas. Satu poin penting lagi, proses apapun itu harus dijalani dengan sabar,
ikhlas dan istimrar.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwYe36EnYVZROkWDXSGg0IJZEiM7D2S7CZtex2cnczVmPqrGuFP5hvz9ho8akkCLV1MW2j8a8owMVhtxY1m4GZEE_ngF3c7-YRYqrncFXiC1QIHw-hk64w7Qg2Z3eh4VeH-E3tjvhHO7k/s1600/anak-suka-membaca-buku.jpg)
So, hendaknya
kita semua selalu tajdid niat untuk menikmati sebuah proses dan bukan sekedar
hasil. Kembali hadirkan di depan kita target-target yang telah kita rancang
kemaren dan berikan haknya berupa pelaksanaan. Kalo yang mau instant,
bersiap-siaplah untuk kecewa suatu saat nanti. Dan bagi yang iltizam, tetaplah
istiqamah dan penuh semangat! Wallahu musta’an…
syukran uatadzah mus!!!!!! artikelnya sangat memotivasi bagi anaa laggiiiii! menmbah cemngat bru lagiii
BalasHapussyukran uatadzah mus!!!!!! artikelnya sangat memotivasi bagi anaa laggiiiii! menmbah cemngat bru lagiii
BalasHapus