Duhai
anak anakku tercinta, sejak dari dalam rahim ibunda rawat kalian dengan penuh
kasih, lalu dengan bersabung nyawa bunda lewati proses persalinan yang
menyakitkan, namun penuh kebahagiaan ketika pertama kali mendengarkan pekik
tangis dari mulut mungil kalian. Alhamdulillah, bunda berdo’a dengan rasa haru
dan syukur begitu melihat wajah mungil kalian yang kemerah merahan, semoga
Alalh menjadikan kalian anak anak yang saleh dan salehah serta berilmu
pengetahuan .. Aamiin Ya Rabb.
Anak
anakku sayang, setelah tiba waktu yang tepat, kami selaku orang tua kalian
memberikan nama yang baik yang telah kami fikirkan dalam waktu yang lama,
ketika belum memiliki kalian sebagai anak dan masih berupa angan angan dari
fikiran bahagia saat membayangkan suatu hari Allah akan memberikan kami zuriat
yang menawan dan dengan harapan kelak memperoleh anak yang saleh maupun salehah
sebagai buah kasih tempat kami berbagi sayang terhadap kalian.
Seorang
datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya : Ya
Rasulullah, apa hak anakku ini? Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab :
Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan
yang baik (dalam hatirnu). (HR.
Aththusi)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra : Nabi Muhammad shalallahu
‘alaihi wasallam pernah bersabda : setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah
(tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia
seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan
seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung? kemudian Abu
Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168], (QS Ar Ruum 30 : 30)
[1168]. Fitrah Allah : maksudnya ciptaan Allah. Manusia
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada
manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak
beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Meskipun
memiliki kalian, mengakibatkan kami menerima suatu tanggung jawab yang besar
dunia akhirat, namun kami ikhlas dan bahagia menerima amanah dari Allah
subhanahu wata’ala tersebut. Anak anakku sayang, meskipun merawat kalian yang
setiap malam membangunkan ibunda yang sedang terlelap sehingga membuat waktu
tidur ibunda yang kelelahan sehabis melahirkan kalian menjadi berkurang, namun
dengan kebahagiaan dan mata terkantuk kantuk, bunda bersihkan popok bekas yang
telah basah dan kotor, dan ganti dengan yang bersih, sembari mendendangkan
kalian yang masih terjaga minta diberikan susu.
Para
ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang
ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al Baqarah 2 : 233)
Anak
anakku terkasih, waktu begitu cepat berlalu, semenjak pertama kali ibunda
mengajarkan kalian cara berjalan, lalu berbicara dengan mulut mungil kalian
yang berucap masih terpatah patah itu, kini disaat menurut bunda kalian
tetaplah bayi kecil bunda yang masih perlu bimbingan dan perlindungan,tiba tiba
bunda melihat kalian telah tumbuh besar, dan sepertinya tidak memerlukan tangan
ini lagi buat membimbing kalian ketika melangkah. Alhamdulillah ... rasa syukur
ini tak pernah berhenti mengalir melihat semua kebaikan yang telah diberikan
Allah pada anak anak tercintaku ini.
Keridhaan
Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak
pada murka kedua orang tua. (HR
Al Hakim)
Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa:
"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah
Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi
kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al Ahqaaf 46 : 15)
Sayang
buah hatiku, dari kecil bunda besarkan dan ketika tiba masanya guru guru
disekolah membantu kami orang tua dalam mendidik kalian, betapa kami merasakan
pengetahuan yang telah kami berikan pada kalian sepertinya sangat kurang dan
jauh tertinggal dibandingkan ilmu yang harus kalian pelajari disekolah secara
terus menerus selagi usia kalian masih muda dan kami masih sanggup
membiayainya. Jangan sia siakan waktumu anak anakku, karena sesuatu hal yang
tak pernah bisa kalian raih lagi adalah waktu, karena sang waktu akan terus
bergulir meninggalkan masa yang terus berganti.
Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al Ashr 103 : 1 – 3)
Bahkan
Allah subhanahu wata’ala sang Khalik, sering bersumpah demi waktu, dan itu bisa
kalian lihat jika kalian tetap melakukan kebiasaan kebiasaan yang pernah bunda
ajarkan pada kalian, yaitu membaca Al Qur’an, karena sesungguhnya didalam
Kalamullah itu sarat dengan hikmah dan sumber ilmu pengetahuan, anakku.
Dan
sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami,
adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (QS Az Zukhruf 43 : 4)
Intan
buah hatiku dengarkanlah kata kata bunda ini, jika waktu adalah kehidupan dan
umur yang sebenarnya bagi manusia, maka penjagaannya merupakan pokok setiap
kebaikan, penyia-nyiaannya merupakan pokok setiap kejelekan, karena itu
fikirkanlah anakku, betapa berharganya waktu dalam kehidupan seorang Muslim,
apa yang diwajibkan bagi seorang Muslim terhadap waktunya, apa saja penyebab
penyebab yang dapat membantu untuk menjaga waktu, dan dengan apa seorang Muslim
dapat memanfaatkan waktunya, karena kelak anakku, kalian akan ditanya mengenai
waktu yang telah kalian lalui ini diakhirat kelak saat kiamat sudah menimpa
dunia beserta isinya ini.
Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda : Tidak akan bergerak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai
dia ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya pada apa dia habiskan,
tentang masa mudanya pada apa dia luangkan, tentang hartanya darimana dia
dapatkan dan untuk apa dia pergunakan, dan tentang ilmunya apa yang dia amalkan
padanya [HR. Tirmidzi dan
dihasankan oleh Al-Albani]
Wahai
permata hatiku, disaat usia bunda kian digerogoti oleh sang waktu, sebenarnya
kalian pun juga makin dewasa, karena itu, dengarkanlah baik baik semua
perkataan bunda ini, walaupun pendidikan kalian jauh lebih tinggi dari kami
orang tua kalian, namun bagi kami, kalian tetaplah anak anak kami yang masih
bisa kami nasehati, masih bisa kami berikan pengajaran, karena kami memiliki
kuasa dan amanah langsung dari Allah subhanahu wata’ala dalam mendidik kalian.
Karena itu anakku, janganlah ilmu yang kalian miliki membuat kalian menjadi
sombong dan jauhkanlah dari diri dan hati kalian keangkuhan walau sedikit,
andai kalian memiliki kelebihan harta nantinya.
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau
lalu menjawab : Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu. (HR Ibnu Majah)
Sembahlah
Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat,
ibnu sabil[295]
dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
dan membangga-banggakan diri, (QS
An Nisaa’ 4 : 36)
[294]. Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan
tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan
muslim.
[295]. Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang
bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui
ibu bapaknya.
Sayang
belahan jiwaku, andai Allah memberikan berkah ilmu pengetahuan kepada kalian,
maka itu tandanya kalian diamanahkan buat mengamalkannya dalam kebaikan agama
Islam yang telah diridhai Allah untuk kita anut ini dan mengajarkannya kepada
saudara sudara Muslim kita yang lain. Duhai anakku, andaikan kalian diberikan
kelebihan dalam harta, maka itu maknanya kalian diberi kesempatan buat
melakukan banyak amalan baik dengan bersedekah, membantu fakir miskin dan
memanfaatkan harta yang kalian miliki dalam kebaikan sesuai syari’atNya.
Dunia
dihuni empat ragam manusia. Pertama,
seorang hamba diberi Allah harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa
kepada Robbnya, menyantuni sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan
Allah atasnya maka dia berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi
Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi harta, tetapi dia tetap berniat untuk
bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika memperoleh harta dia juga akan berbuat
seperti yang dilakukan rekannya (kelompok yang pertama). Maka pahala mereka
berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua) sama. Ketiga, seorang hamba
diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu pengetahuan. Dia
membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa ilmu
(kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga
dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat
dan keji. Keempat,
seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu pengetahuan dari
Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta kekayaan maka aku akan
melakukan seperti layaknya orang-orang yang menghamburkan uang, serampangan dan
membabi-buta (kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya sama. (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Dan
belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS Al Baqarah 2 : 195)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (S. 2: 195)
turun berkenaan dengan hukum nafkah. (Diriwayatkan oleh
al-Bukhari yang bersumber dari Hudzaifah)
Dalam riwayat lain dikemukakan peristiwa sebagai berikut:
Ketika Islam telah berjaya dan berlimpah pengikutnya, kaum Anshar berbisik
kepada sesamanya: "Harta kita telah habis, dan Allah telah menjayakan
Islam. Bagaimana sekiranya kita membangun dan memperbaiki ekonomi
kembali?" Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 195) sebagai teguran
kepada mereka, jangan menjerumuskan diri pada "tahlukah" (meninggalkan
kewajiban fi sabilillah dan berusaha menumpuk-numpuk harta) (Diriwayatkan oleh Abu
Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi
Ayub al-Anshari. Menurut Tirmidzi hadits ini shahih)
Menurut riwayat lain, tersebutlah seseorang yang menganggap
bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa yang pernah dilakukannya. Maka turunlah
"Wala tulqui biaidikum ilat-tahlukah." (Diriwayatkan oleh
at-Thabarani dengan sanad yang shahih dan kuat, yang bersumber dari Jabir
an-Nu'man bin Basyir. Hadits ini diperkuat oleh al-Hakim yang bersumber dari
al-Barra)
Anak
anakku sayang, melihat usiamu yang kian beranjak dewasa, akan tiba masanya
nanti kalian menjalankan sunnah junjungan kita Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wasallam, yaitu menikah. Kami sebagai orang tua, tidak akan menentukan siapapun
calon yang kelak akan mendampingi kalian, karena bukan dunianya yang kami lihat
namun akhiratnyalah yang kami cari. Sebagaimana bunda dahulu menikah dengan
ayah kalian, maka begitu juga hendaknya kalian mendapatkan pendamping yang baik
dunia akhirat buat menjalani kehidupan yang fana ini.
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah
Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami : Wahai generasi muda,
barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena
ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu
hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu. (Muttafaq Alaihi)
Wahai
sayangku, andai kalian memilih seorang pendamping kelak, janganlah kalian lihat
dari rupanya yang tampan dan cantik, namun cobalah kalian perhatikan akhlak dan
akidahnya. Karena ketampanan dan kecantikan, akan musnah saat tubuh dikuburkan
dalam tanah, sedangkan akhlak dan akidah yang baik akan kekal untuk dibawa
keakhirat kelak.
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda : Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu :
harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat
beragama, engkau akan berbahagia. (Muttafaq
Alaihi dan Imam Lima)
Karena
itu anak anakku, jagalah diri dan kehormatan kalian jika ingin mendapatkan
pendamping yang baik dan terhormat sesuai syari’at. Karena bagaimana mungkin
jika kalian berkubang dalam lumpur, lalu mengharapkan pendamping yang bersih
lagi suci untuk kalian nikahi?
Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat
wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh
mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)[1034]. (QS An Nuur 24 : 26)
[1034]. Ayat ini menunjukkan kesucian 'Aisyah r.a. dan Shafwan
dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang
paling baik maka pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.
Laki-laki
yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan
yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh
laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan
atas oran-orang yang mukmin[1028].
(QS An Nuur 24 : 3)
[1028]. Maksud ayat ini ialah: tidak pantas orang yang beriman
kawin dengan yang berzina, demikian pula sebaliknya.
Wahai
belahan jiwaku, kelak jika engkau telah menikah dan mendapatkan pendamping yang
saleh dan salehah, janganlah lalai dalam menjalani hidup ini anakku, karena
suatu hari, Insya Allah kalian juga akan dikaruniai zuriat oleh Allah subhanahu
wata’ala, maka ingat ingatlah selalu untuk mendidik anak kalian baik baik,
karena anak merupakan tanggung jawab kalian dunia akhirat, karena itu, jika
kalian ingin anak kalian memiliki akhlak yang baik, maka berikanlah kepada
mereka makanan yang baik baik pula yang berasal dari penghasilan yang halal.
Jangan sampai kalian memakan dari harta yang bathil yaitu kalian mengambil hak
yang menjadi milik orang lain.
Tiap
tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram maka api neraka lebih utama
membakarnya. (HR
Ath-Thabrani)
Maka
makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu;
dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS An Nahl 16 : 114)
Diharamkan
bagimu (memakan) bangkai, darah[394],
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang
tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395],
dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga)
mengundi nasib dengan anak panah[396],
(mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.
Maka barang siapa terpaksa[398]
karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang. (QS Al
Maa’idah 5 : 3)
[394]. Ialah : darah yang keluar dari tubuh,
sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.
[395]. Maksudnya ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul,
yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau
sempat disembelih sebelum mati.
[396]. Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu.
Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk
menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya
ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis
masing-masing yaitu dengan : lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa,
diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak
melakukan sesuatu maka mereka meminta supaya juru kunci Ka'bah mengambil sebuah
anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atau tidak
melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau
yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, maka undian diulang sekali
lagi.
[397]. Yang dimaksud dengan hari ialah: masa, yaitu: masa
haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi
wasallam
[398]. Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan
oleh ayat ini jika terpaksa.
Anak
anakku sayang, jangan pernah lelah mendengarkan nasihat bunda ini, karena
sesungguhnya hidup ini tidaklah mudah jika kalian tidak memiliki orang tua buat
mendidik dan mengajari kalian, karena kelak kalian bisa mendapatkan pahala dari
Allah karena kalian telah berbuat baik pada kami, terutama diusia lanjut kami,
dimana mungkin saja kami sudah pikun dan terlalu uzur buat berfikir dan
melakukan banyak hal, sehingga membutuhkan kalian buat membantu kami.
Sesungguhnya
masih banyak yang belum bunda sampaikan kepada kalian anak anakku, namun usia
membuat bunda saat ini harus berhenti, karena tubuh renta ini mulai merasakan
kelelahan untuk melanjutkan. Meskipun begitu, jangan sampai kalian lupa
akan nasehat yang kalian terima, walaupun tidak banyak namun cobalah untuk
mengamalkannya. Demi kebaikan dunia akhirat kalian anak anakku, dan kita
semuanya.
Seorang sahabat bertanya : Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak
memperoleh pelayanan dan persahabatanku? Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam
menjawab : ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih
dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu. (Mutafaq'alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang
mendapatkan kedua orangtuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka
kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga. (HR Muslim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar