Senin, 22 Oktober 2012

Memaknai Ibadah Qurban

Memaknai Ibadah Qurban                              
 Oleh ; Syamsurizal                                                                                      23 Oktober 2012




QURBAN”, yang secara etimologi berarti “pendekatan”, mengandung pesan tentang upaya mendekatkan diri kepada Tuhan dengan jalan mempersembahkan hidup kita untuk perjuangan membela nilai-nilai kemanusiaan. Allah berfirman QS : al haj 37

لن ينا ل الله لحومها  ولادماء ها ولكن يناله التقوى منكم.......

Qurban adalah menyembelih hewan ternak pilihan pada hari raya Idul Adha (10 Zulhijjah dan hari tasyrik), boleh dilakukan secara berkelompok dan boleh juga individu. 

Ibadah Qurban seperti halnya ibadah haji adalah merupakan ibadah yang tidak dapat dilepaspisahkan dengan Nabi Ibrahim as beserta keluarganya dalam hal ini Ismail as, sebab ibadah Qurban ini bermula ketika Nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih Ismail.

Nabi Ibrahim hidup steekitar abad ke 18 SM. Pada masanya ini dikenal adanya kutub pemikiran yang berbeda dalam hal korban yang berwujud manusia terhadap yang disembah. Kutub pemikiran yang pertama menyatakan bahwa manusialah yang paling pantas untuk dijadikan korban terhadap sesembahan, sedangkan pada kutub pemikiran yang lain menyatakan bahwa manusia terlalu mulia untuk dijadikan korban.

Ajaran Nabi Ibrahim as memberikan jalan keluar atas kedua kutub pemikiran tersebut, dimana Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim as melalui mimpi untuk menyembelih putranya Ismail. Hal ini memberi isyarat bahwa sekalipun anak kandung sendiri, buah hati belahan jiwa, apabila diminta Allah SWT, tidak ada alasan untuk menolaknya sebagai perwujudan ketaqwaan terhadapNya.

QS : 37 : 100-107
Al-Qur’an menegaskan hakikat Qurban, melalui kisah Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Isma’il tercinta dalam surat Al-Shafat, ayat : 102-109. Kisahnya begini; Nabi Ibrahim berkata kapada Nabi Ismail : “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu?” Nabi Ismail menjawab seketika dengan tenang dan penuh keyakinan : “Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan (oleh Allah) kepadamu, kau akan mendapatkanku – insya Allah – termasuk orang-orang yang sabar”. Allah kemudian bercerita : “Tatkala keduanya telah berserah diri (tunduk pada perintah Allah) dan Ibrahim membaringkan anaknya (pelipsnya menimpel di atas tempat penyembelihan), Kami segera memanggil (dari arah gunung) : wahai Ibrahim, Sudah kau benarkan (dan kau laksanakan) apa yang kau lihat dalam mimpimu itu, sesungguhnya demikinlah Kami memeberi balasan (kepadamu) dan juga kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh (perintah penyembelihan ini) adalah benar-benar ujian (bagi Ibrahim, di mana dengannya terlihat dengan jelas siapa yang ikhlash dan siapa yang tidak). Dan kami segera menebus anak (yang akan disembelih itu) dengan seekor sembelihan yang besar. Pun Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Salam sejahtera (dari Kami) buat Ibrahim, dan sebutan yang baik baginya (dari setiap manusia)”.

Beberapa pelajaran sebagai I’tibar dari kisah ini adalah :
1.    Pertama, bahwa ajaran ber-qurban datangnya dari Allah SWT, sebuah ajaran yang agung, yang membuktikan kedekatan sang hamba kepada Rab-nya, sebuah proses pendakian yang suci menuju Allah Yang Maha Agung
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ اْلكَوْثَرَ-- فَصَلًّ لِرَبِّكَ  وَنْحَرْ – إِنَّ شَا نِئَكَ هُوَ اْلاَبْتَرُ

2.    Kepribadian dan Ketaatan Totalitas kepada  Allah ( Tahuid Rububiyah ) 

-          Sikap Nabi Ibrahim dengan ketundukan yang tulus menjalankan perintah Allah
-          Sikap Nabi Ismail yang langsung dapat memahamai keagungan Allah penuh tawakal
-          SikapNabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang tidak banyak diskusi/alas an dalam menerima isyarat dan syaraiat
3.    bahwa hakikat “qurban” merupakan salah satu ujian dari Allah, yang dengannya setiap mu’min bisa mengukur hakikat keimanannya
4.    Tauladan dan Predikat Muhsinin
5.    Perintah untuk membuang dan membunuh sifat kebinatangan spt Rakus, makan makanan yang kotor asal kenyang
6.    menumbuhkan sikap tolong menolong antarsesama (ta’aawun)


ketauladanan Nabi Ibrahim AS dalam konteks Qurban menjadi sumber dan inspirasi dalam memaknai Ibadah Qurban, menurut saya ada tiga dimensi utama sebagai pesan dalam proses ibadah  qurban :

1. Melaksanakan Ibadah Qurban semata-mata untuk menegakan Tauhid dan Ketakwaan. bahwa qurban  
    tidak boleh dilaksanakan untuk hal-hal yang berlawan dengan tauhid, misalnya penyemblihan hewan
    ternak untuk berhala, untuk bangunan, untuk tempat yang diyakini keramat,untuk laut, sesajian dan lainnya

2. Qurban merupakan salah satu cara bersyukur kepada Allah, nikmat yang sangat banyak diberikan Allah
     tanpa batas ruang waktu dan akan terus diberikan,lalu diminta sebagiannya disediakan untuk Qurban
     (QS : al kautsar : 2)
3. Qurban merupakan pembinaan moral dan sosial yang luhur berlandaskan kejujuran, ketaatan dan
     kepatuhan


semoga kita semua mampu memakani ibadah qurban dengan baik, dan menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan dan ketauhidan kepada Allah SWT.

By : Syamsurizal
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar