Senin, 22 Oktober 2012

Memaknai Ibadah Qurban

Memaknai Ibadah Qurban                              
 Oleh ; Syamsurizal                                                                                      23 Oktober 2012




QURBAN”, yang secara etimologi berarti “pendekatan”, mengandung pesan tentang upaya mendekatkan diri kepada Tuhan dengan jalan mempersembahkan hidup kita untuk perjuangan membela nilai-nilai kemanusiaan. Allah berfirman QS : al haj 37

لن ينا ل الله لحومها  ولادماء ها ولكن يناله التقوى منكم.......

Qurban adalah menyembelih hewan ternak pilihan pada hari raya Idul Adha (10 Zulhijjah dan hari tasyrik), boleh dilakukan secara berkelompok dan boleh juga individu. 

Ibadah Qurban seperti halnya ibadah haji adalah merupakan ibadah yang tidak dapat dilepaspisahkan dengan Nabi Ibrahim as beserta keluarganya dalam hal ini Ismail as, sebab ibadah Qurban ini bermula ketika Nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih Ismail.

Nabi Ibrahim hidup steekitar abad ke 18 SM. Pada masanya ini dikenal adanya kutub pemikiran yang berbeda dalam hal korban yang berwujud manusia terhadap yang disembah. Kutub pemikiran yang pertama menyatakan bahwa manusialah yang paling pantas untuk dijadikan korban terhadap sesembahan, sedangkan pada kutub pemikiran yang lain menyatakan bahwa manusia terlalu mulia untuk dijadikan korban.

Ajaran Nabi Ibrahim as memberikan jalan keluar atas kedua kutub pemikiran tersebut, dimana Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim as melalui mimpi untuk menyembelih putranya Ismail. Hal ini memberi isyarat bahwa sekalipun anak kandung sendiri, buah hati belahan jiwa, apabila diminta Allah SWT, tidak ada alasan untuk menolaknya sebagai perwujudan ketaqwaan terhadapNya.

QS : 37 : 100-107
Al-Qur’an menegaskan hakikat Qurban, melalui kisah Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Isma’il tercinta dalam surat Al-Shafat, ayat : 102-109. Kisahnya begini; Nabi Ibrahim berkata kapada Nabi Ismail : “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu?” Nabi Ismail menjawab seketika dengan tenang dan penuh keyakinan : “Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang diperintahkan (oleh Allah) kepadamu, kau akan mendapatkanku – insya Allah – termasuk orang-orang yang sabar”. Allah kemudian bercerita : “Tatkala keduanya telah berserah diri (tunduk pada perintah Allah) dan Ibrahim membaringkan anaknya (pelipsnya menimpel di atas tempat penyembelihan), Kami segera memanggil (dari arah gunung) : wahai Ibrahim, Sudah kau benarkan (dan kau laksanakan) apa yang kau lihat dalam mimpimu itu, sesungguhnya demikinlah Kami memeberi balasan (kepadamu) dan juga kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh (perintah penyembelihan ini) adalah benar-benar ujian (bagi Ibrahim, di mana dengannya terlihat dengan jelas siapa yang ikhlash dan siapa yang tidak). Dan kami segera menebus anak (yang akan disembelih itu) dengan seekor sembelihan yang besar. Pun Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian. Salam sejahtera (dari Kami) buat Ibrahim, dan sebutan yang baik baginya (dari setiap manusia)”.

Beberapa pelajaran sebagai I’tibar dari kisah ini adalah :
1.    Pertama, bahwa ajaran ber-qurban datangnya dari Allah SWT, sebuah ajaran yang agung, yang membuktikan kedekatan sang hamba kepada Rab-nya, sebuah proses pendakian yang suci menuju Allah Yang Maha Agung
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ اْلكَوْثَرَ-- فَصَلًّ لِرَبِّكَ  وَنْحَرْ – إِنَّ شَا نِئَكَ هُوَ اْلاَبْتَرُ

2.    Kepribadian dan Ketaatan Totalitas kepada  Allah ( Tahuid Rububiyah ) 

-          Sikap Nabi Ibrahim dengan ketundukan yang tulus menjalankan perintah Allah
-          Sikap Nabi Ismail yang langsung dapat memahamai keagungan Allah penuh tawakal
-          SikapNabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang tidak banyak diskusi/alas an dalam menerima isyarat dan syaraiat
3.    bahwa hakikat “qurban” merupakan salah satu ujian dari Allah, yang dengannya setiap mu’min bisa mengukur hakikat keimanannya
4.    Tauladan dan Predikat Muhsinin
5.    Perintah untuk membuang dan membunuh sifat kebinatangan spt Rakus, makan makanan yang kotor asal kenyang
6.    menumbuhkan sikap tolong menolong antarsesama (ta’aawun)


ketauladanan Nabi Ibrahim AS dalam konteks Qurban menjadi sumber dan inspirasi dalam memaknai Ibadah Qurban, menurut saya ada tiga dimensi utama sebagai pesan dalam proses ibadah  qurban :

1. Melaksanakan Ibadah Qurban semata-mata untuk menegakan Tauhid dan Ketakwaan. bahwa qurban  
    tidak boleh dilaksanakan untuk hal-hal yang berlawan dengan tauhid, misalnya penyemblihan hewan
    ternak untuk berhala, untuk bangunan, untuk tempat yang diyakini keramat,untuk laut, sesajian dan lainnya

2. Qurban merupakan salah satu cara bersyukur kepada Allah, nikmat yang sangat banyak diberikan Allah
     tanpa batas ruang waktu dan akan terus diberikan,lalu diminta sebagiannya disediakan untuk Qurban
     (QS : al kautsar : 2)
3. Qurban merupakan pembinaan moral dan sosial yang luhur berlandaskan kejujuran, ketaatan dan
     kepatuhan


semoga kita semua mampu memakani ibadah qurban dengan baik, dan menjadikannya sebagai sarana untuk meningkatkan ketakwaan dan ketauhidan kepada Allah SWT.

By : Syamsurizal
   

Rabu, 17 Oktober 2012

Nasehat Untuk Anakku



Nasehat buat anak anakku by Alexyusandria Moenir 

Duhai anak anakku tercinta, sejak dari dalam rahim ibunda rawat kalian dengan penuh kasih, lalu dengan bersabung nyawa bunda lewati proses persalinan yang menyakitkan, namun penuh kebahagiaan ketika pertama kali mendengarkan pekik tangis dari mulut mungil kalian. Alhamdulillah, bunda berdo’a dengan rasa haru dan syukur begitu melihat wajah mungil kalian yang kemerah merahan, semoga Alalh menjadikan kalian anak  anak yang saleh dan salehah serta berilmu pengetahuan .. Aamiin Ya Rabb.


Anak anakku sayang, setelah tiba waktu yang tepat, kami selaku orang tua kalian memberikan nama yang baik yang telah kami fikirkan dalam waktu yang lama, ketika belum memiliki kalian sebagai anak dan masih berupa angan angan dari fikiran bahagia saat membayangkan suatu hari Allah akan memberikan kami zuriat yang menawan dan dengan harapan kelak memperoleh anak yang saleh maupun salehah sebagai buah kasih tempat kami berbagi sayang terhadap kalian.
Seorang datang kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya :  Ya Rasulullah, apa hak anakku ini? Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu). (HR. Aththusi)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra : Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda : setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak mempersekutukan Allah) tetapi orang tuanya lah yang menjadikan dia seorang yahudi atau nasrani atau majusi sebagaimana seekor hewan melahirkan seekor hewan yang sempurna. Apakah kau melihatnya buntung? kemudian Abu Hurairah membacakan ayat-ayat suci ini : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168], (QS Ar Ruum 30 : 30)
[1168]. Fitrah Allah : maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Meskipun memiliki kalian, mengakibatkan kami menerima suatu tanggung jawab yang besar dunia akhirat, namun kami ikhlas dan bahagia menerima amanah dari Allah subhanahu wata’ala tersebut. Anak anakku sayang, meskipun merawat kalian yang setiap malam membangunkan ibunda yang sedang terlelap sehingga membuat waktu tidur ibunda yang kelelahan sehabis melahirkan kalian menjadi berkurang, namun dengan kebahagiaan dan mata terkantuk kantuk, bunda bersihkan popok bekas yang telah basah dan kotor, dan ganti dengan yang bersih, sembari mendendangkan kalian yang masih terjaga minta diberikan susu.
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Al Baqarah 2 : 233)
Anak anakku terkasih, waktu begitu cepat berlalu, semenjak pertama kali ibunda mengajarkan kalian cara berjalan, lalu berbicara dengan mulut mungil kalian yang berucap masih terpatah patah itu, kini disaat menurut bunda kalian tetaplah bayi kecil bunda yang masih perlu bimbingan dan perlindungan,tiba tiba bunda melihat kalian telah tumbuh besar, dan sepertinya tidak memerlukan tangan ini lagi buat membimbing kalian ketika melangkah. Alhamdulillah ... rasa syukur ini tak pernah berhenti mengalir melihat semua kebaikan yang telah diberikan Allah pada anak anak tercintaku ini.
Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR Al Hakim)
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al Ahqaaf 46 : 15)
Sayang buah hatiku, dari kecil bunda besarkan dan ketika tiba masanya guru guru disekolah membantu kami orang tua dalam mendidik kalian, betapa kami merasakan pengetahuan yang telah kami berikan pada kalian sepertinya sangat kurang dan jauh tertinggal dibandingkan ilmu yang harus kalian pelajari disekolah secara terus menerus selagi usia kalian masih muda dan kami masih sanggup membiayainya. Jangan sia siakan waktumu anak anakku, karena sesuatu hal yang tak pernah bisa kalian raih lagi adalah waktu, karena sang waktu akan terus bergulir meninggalkan masa yang terus berganti.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS Al Ashr 103 : 1 – 3)
Bahkan Allah subhanahu wata’ala sang Khalik, sering bersumpah demi waktu, dan itu bisa kalian lihat jika kalian tetap melakukan kebiasaan kebiasaan yang pernah bunda ajarkan pada kalian, yaitu membaca Al Qur’an, karena sesungguhnya didalam Kalamullah itu sarat dengan hikmah dan sumber ilmu pengetahuan, anakku.
Dan sesungguhnya Al Quran itu dalam induk Al Kitab (Lauh Mahfuzh) di sisi Kami, adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah. (QS Az Zukhruf 43 : 4)
Intan buah hatiku dengarkanlah kata kata bunda ini, jika waktu adalah kehidupan dan umur yang sebenarnya bagi manusia, maka penjagaannya merupakan pokok setiap kebaikan, penyia-nyiaannya merupakan pokok setiap kejelekan, karena itu fikirkanlah anakku, betapa berharganya waktu dalam kehidupan seorang Muslim, apa yang diwajibkan bagi seorang Muslim terhadap waktunya, apa saja penyebab penyebab yang dapat membantu untuk menjaga waktu, dan dengan apa seorang Muslim dapat memanfaatkan waktunya, karena kelak anakku, kalian akan ditanya mengenai waktu yang telah kalian lalui ini diakhirat kelak saat kiamat sudah menimpa dunia beserta isinya ini.
Dari Muadz bin Jabal bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak akan bergerak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang empat perkara: tentang umurnya pada apa dia habiskan, tentang masa mudanya pada apa dia luangkan, tentang hartanya darimana dia dapatkan dan untuk apa dia pergunakan, dan tentang ilmunya apa yang dia amalkan padanya [HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Al-Albani]
Wahai permata hatiku, disaat usia bunda kian digerogoti oleh sang waktu, sebenarnya kalian pun juga makin dewasa, karena itu, dengarkanlah baik baik semua perkataan bunda ini, walaupun pendidikan kalian jauh lebih tinggi dari kami orang tua kalian, namun bagi kami, kalian tetaplah anak anak kami yang masih bisa kami nasehati, masih bisa kami berikan pengajaran, karena kami memiliki kuasa dan amanah langsung dari Allah subhanahu wata’ala dalam mendidik kalian. Karena itu anakku, janganlah ilmu yang kalian miliki membuat kalian menjadi sombong dan jauhkanlah dari diri dan hati kalian keangkuhan walau sedikit, andai kalian memiliki kelebihan harta nantinya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab : Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu. (HR Ibnu Majah)
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh[294], dan teman sejawat, ibnu sabil[295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri, (QS An Nisaa’ 4 : 36)
[294]. Dekat dan jauh di sini ada yang mengartikan dengan tempat, hubungan kekeluargaan, dan ada pula antara yang muslim dan yang bukan muslim.
[295]. Ibnus sabil ialah orang yang dalam perjalanan yang bukan ma'shiat yang kehabisan bekal. Termasuk juga anak yang tidak diketahui ibu bapaknya.
Sayang belahan jiwaku, andai Allah memberikan berkah ilmu pengetahuan kepada kalian, maka itu tandanya kalian diamanahkan buat mengamalkannya dalam kebaikan agama Islam yang telah diridhai Allah untuk kita anut ini dan mengajarkannya kepada saudara sudara Muslim kita yang lain. Duhai anakku, andaikan kalian diberikan kelebihan dalam harta, maka itu maknanya kalian diberi kesempatan buat melakukan banyak amalan baik dengan bersedekah, membantu fakir miskin dan memanfaatkan harta yang kalian miliki dalam kebaikan sesuai syari’atNya.
Dunia dihuni empat ragam manusia. Pertama, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan dan ilmu pengetahuan lalu bertakwa kepada Robbnya, menyantuni sanak-keluarganya dan melakukan apa yang diwajibkan Allah atasnya maka dia berkedudukan paling mulia. Kedua, seorang yang diberi Allah ilmu pengetahuan saja, tidak diberi harta, tetapi dia tetap berniat untuk bersungguh-sungguh. Sebenarnya jika memperoleh harta dia juga akan berbuat seperti yang dilakukan rekannya (kelompok yang pertama). Maka pahala mereka berdua ini adalah (kelompok pertama dan kedua) sama. Ketiga, seorang hamba diberi Allah harta kekayaan tetapi tidak diberi ilmu pengetahuan. Dia membelanjakan hartanya dengan berhamburan (foya-foya) tanpa ilmu (kebijaksanaan). Ia juga tidak bertakwa kepada Allah, tidak menyantuni keluarga dekatnya, dan tidak memperdulikan hak Allah. Maka dia berkedudukan paling jahat dan keji. Keempat, seorang hamba yang tidak memperoleh rezeki harta maupun ilmu pengetahuan dari Allah lalu dia berkata seandainya aku memiliki harta kekayaan maka aku akan melakukan seperti layaknya orang-orang yang menghamburkan uang, serampangan dan membabi-buta (kelompok yang ketiga), maka timbangan keduanya sama. (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS Al Baqarah 2 : 195)
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat ini (S. 2: 195) turun berkenaan dengan hukum nafkah. (Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Hudzaifah)
Dalam riwayat lain dikemukakan peristiwa sebagai berikut: Ketika Islam telah berjaya dan berlimpah pengikutnya, kaum Anshar berbisik kepada sesamanya: "Harta kita telah habis, dan Allah telah menjayakan Islam. Bagaimana sekiranya kita membangun dan memperbaiki ekonomi kembali?" Maka turunlah ayat tersebut di atas (S. 2: 195) sebagai teguran kepada mereka, jangan menjerumuskan diri pada "tahlukah" (meninggalkan kewajiban fi sabilillah dan berusaha menumpuk-numpuk harta) (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Hibban, al-Hakim dan yang lainnya yang bersumber dari Abi Ayub al-Anshari. Menurut Tirmidzi hadits ini shahih)
Menurut riwayat lain, tersebutlah seseorang yang menganggap bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa yang pernah dilakukannya. Maka turunlah "Wala tulqui biaidikum ilat-tahlukah." (Diriwayatkan oleh at-Thabarani dengan sanad yang shahih dan kuat, yang bersumber dari Jabir an-Nu'man bin Basyir. Hadits ini diperkuat oleh al-Hakim yang bersumber dari al-Barra)
Anak anakku sayang, melihat usiamu yang kian beranjak dewasa, akan tiba masanya nanti kalian menjalankan sunnah junjungan kita Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam, yaitu menikah. Kami sebagai orang tua, tidak akan menentukan siapapun calon yang kelak akan mendampingi kalian, karena bukan dunianya yang kami lihat namun akhiratnyalah yang kami cari. Sebagaimana bunda dahulu menikah dengan ayah kalian, maka begitu juga hendaknya kalian mendapatkan pendamping yang baik dunia akhirat buat menjalani kehidupan yang fana ini.
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami : Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu. (Muttafaq Alaihi)
Wahai sayangku, andai kalian memilih seorang pendamping kelak, janganlah kalian lihat dari rupanya yang tampan dan cantik, namun cobalah kalian perhatikan akhlak dan akidahnya. Karena ketampanan dan kecantikan, akan musnah saat tubuh dikuburkan dalam tanah, sedangkan akhlak dan akidah yang baik akan kekal untuk dibawa keakhirat kelak.
Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda : Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu : harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia. (Muttafaq Alaihi dan Imam Lima)
Karena itu anak anakku, jagalah diri dan kehormatan kalian jika ingin mendapatkan pendamping yang baik dan terhormat sesuai syari’at. Karena bagaimana mungkin jika kalian berkubang dalam lumpur, lalu mengharapkan pendamping yang bersih lagi suci untuk kalian nikahi?
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)[1034]. (QS An Nuur 24 : 26)
[1034]. Ayat ini menunjukkan kesucian 'Aisyah r.a. dan Shafwan dari segala tuduhan yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang paling baik maka pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin[1028]. (QS An Nuur 24 : 3)
[1028]. Maksud ayat ini ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina, demikian pula sebaliknya.
Wahai belahan jiwaku, kelak jika engkau telah menikah dan mendapatkan pendamping yang saleh dan salehah, janganlah lalai dalam menjalani hidup ini anakku, karena suatu hari, Insya Allah kalian juga akan dikaruniai zuriat oleh Allah subhanahu wata’ala, maka ingat ingatlah selalu untuk mendidik anak kalian baik baik, karena anak merupakan tanggung jawab kalian dunia akhirat, karena itu, jika kalian ingin anak kalian memiliki akhlak yang baik, maka berikanlah kepada mereka makanan yang baik baik pula yang berasal dari penghasilan yang halal. Jangan sampai kalian memakan dari harta yang bathil yaitu kalian mengambil hak yang menjadi milik orang lain.
Tiap tubuh yang tumbuh dari (makanan) yang haram maka api neraka lebih utama membakarnya. (HR Ath-Thabrani)
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS An Nahl 16 : 114)
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah[394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya[395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah[396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini[397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Maa’idah 5 : 3)
[394]. Ialah : darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana tersebut dalam surat Al An-aam ayat 145.
[395]. Maksudnya ialah: binatang yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk dan yang diterkam binatang buas adalah halal kalau sempat disembelih sebelum mati.
 [396]. Al Azlaam artinya: anak panah yang belum pakai bulu. Orang Arab Jahiliyah menggunakan anak panah yang belum pakai bulu untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu perbuatan atau tidak. Caranya ialah: mereka ambil tiga buah anak panah yang belum pakai bulu. Setelah ditulis masing-masing yaitu dengan : lakukanlah, jangan lakukan, sedang yang ketiga tidak ditulis apa-apa, diletakkan dalam sebuah tempat dan disimpan dalam Ka'bah. Bila mereka hendak melakukan sesuatu maka mereka meminta supaya juru kunci Ka'bah mengambil sebuah anak panah itu. Terserahlah nanti apakah mereka akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sesuai dengan tulisan anak panah yang diambil itu. Kalau yang terambil anak panah yang tidak ada tulisannya, maka undian diulang sekali lagi.
[397]. Yang dimaksud dengan hari ialah: masa, yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam
[398]. Maksudnya: dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini jika terpaksa.
Anak anakku sayang, jangan pernah lelah mendengarkan nasihat bunda ini, karena sesungguhnya hidup ini tidaklah mudah jika kalian tidak memiliki orang tua buat mendidik dan mengajari kalian, karena kelak kalian bisa mendapatkan pahala dari Allah karena kalian telah berbuat baik pada kami, terutama diusia lanjut kami, dimana mungkin saja kami sudah pikun dan terlalu uzur buat berfikir dan melakukan banyak hal, sehingga membutuhkan kalian buat membantu kami.
Sesungguhnya masih banyak yang belum bunda sampaikan kepada kalian anak anakku, namun usia membuat bunda saat ini harus berhenti, karena tubuh renta ini mulai merasakan kelelahan untuk  melanjutkan. Meskipun begitu, jangan sampai kalian lupa akan nasehat yang kalian terima, walaupun tidak banyak namun cobalah untuk mengamalkannya. Demi kebaikan dunia akhirat kalian anak anakku, dan kita semuanya.
Seorang sahabat bertanya : Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku? Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab : ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu. (Mutafaq'alaih)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua orangtuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga. (HR Muslim)